1. Nick Vujicic, Tubuh Bonggol Berkeliling Dunia
Nick Vujicic lahir tanpa lengan maupun kaki. Maka, tubuh pemuda berusia 26 tahun yang notabene hanya berupa batang tubuh itu bagaikan bonggol yang berkepala. Meski demikian, itu tak menghentikan hobi Nick bermain sepak bola, golf, berenang, dan berselancar—tambahan lagi ia gemar melanglang buana untuk menunjukkan “keanehannya” itu kepada dunia.
Nick memiliki kaki kecil dan sepasang jari mungil di bagian pinggang kirinya. Ini membantu keseimbangan sekaligus memampukannya menendang obyek—itulah mengapa Nick gemar bermain bola. Dengan kaki yang sama, Nick menggunakannya untuk menulis dan mengambil sesuatu.
2. Kisah Nando Parrado di pegunungan andes
Bulan Juli tahun 1977, Nando Parado seorang pemuda 20 an tahun kal itu, pemain rugby, beserta kawan-kawan satu timnya berangkat dari Montevideo Paraguay menuju ke Peru untuk melakukan pertandingan rugby melawan tim rugby dari negara itu. Dalam perjalanan ke Peru itu, pesawat yang mereka tumpangi jatuh di Pegunungan Andes. Dalam kecelakaan ini, tidak semua penumpang tewas. Mereka yang bertahan hidup inilah yang akhirnya harus melewati pertarungan batin yang mengerikan dan tidak dapat mereka bayangkan sebelumnya, hingga akhirnya dari 46 enam penumpang pesawat yang tersisa hanya 32 orang yang dapat diselamatkan dengan kondisi fisik yang sangat memprihatinkan.
Setelah pesawat fairchild yang mereka tumpangi itu terjatuh diatas pegunungan Andes, para penumpang yang selamat harus berthan hidup di atas pegunungan es itu. Selama berhari-hari mereka berharap datang pertolongan, tapi betapa sedih dan kecewanya mereka setelah mendengar berita di radio bahwa pemerintah Paraguay telah memutuskan untuk menghentikan proses pencarian korban dikarenakan mereka memprediksikan sudah tidak ada lagi orang yang selamat dalam kecelakaan itu. Mereka sangat terpukul dengan berita itu. Apalagi Nando Parado yang dalam kecelakaan itu telah kehilangan 2 orang yang dicintainya yaitu Ibunya dan kakak perempuannya. Namun Nando bertekad untuk tidak mau menyerah, demi cintanya kepada sang Ayah yang mungkin saat itu sedang sedih dan kebingunan mencari dirinya, akhirnya Nando memberanikan diri untuk memimpin regu itu mencari pertolongan ke desa terdekat.
3. Jessica Cox, Wanita Pertama Menerbangkan Pesawat dengan Kaki
SEMANGAT Jessica Cox mengatasi kekurangannya patut diteladani semua orang. Gadis cantik berusia 25 tahun ini terlahir tanpa tangan, namun sejak kecil ia mendapat bimbingan orangtuanya untuk melakukan banyak hal, termasuk hidup mandiri tanpa tergantung pada orang lain.
Hasilnya luar biasa, sarjana psikologi ini berhasil mengukir berbagai prestasi mengagumkan. Dia bukan hanya pandai menyetir mobil,ia juga ahli
bela diri.
Bahkan Jessica berhasil meraih lisensi pilot sehingga ia menjadi wanita pertama tanpa dua tangan yang berhasil menjadi pilot pesawat terbang. Mengagumkan karena semuanya dilakukan dengan kedua kakinya.
Orang melihatnya sebagai kemalangan, cantik tetapi tidak memiliki dua tangan. Namun, Jessica tidak kehilangan semangat. Untuk mendandani dirinya, dia melakukannya sendiri dengan kedua kakinya. Misalnya memakai lipstik, eye shadow.
Dia memang terlatih mandiri sejak kecil, termasuk menulis atau mengetik di komputer dengan memanfaatkan kedua kakinya.
Sang ibu mengaku samasekali tidak merasakan kelainan saat hamil Jessica.
Dokter pun tidak mengatakan apa pun. Kedua orangtuanya luar biasa kaget ketika anaknya lahir tanpa tangan. Tidak ada yang salah dalam kehamilan saya. Dokter tidak mengatakannya. Juga tidak ada tanda-tanda anak saya akan bermasalah. Semua berjalan sempurna sampai akhirnya saya melahirkan, ungkap ibunya.
Meski terasa pedih, orangtuanya menerima apa adanya anak yang diberikan Tuhan untuk mereka. Mereka merawat Jessica dengan penuh kasih sayang dan menyertakan anaknya di berbagai kegiatan. Beruntung, Jessica tumbuh cerdas dan ceria. Oleh orangtuanya dia disekolahkan di sekolah umum sampai akhirnya menjadi sarjana psikologi.
Di luar itu dia punya seabrek kegiatan. Jessica mempunyai banyak bakat dan mampu memanfaatkannya dengan baik berkat dorongan orangtua dan orang-orang yang bersimpati padanya.
Jessica pemegang ban hitam taekwondo, dia juga pandai menari.
Kini dia menjadi penceramah dan konsultan yang memberikan motivasi. Jessica Cox bertempat tinggal di Tuscon, Arizona, AS. SIM mobil maupun izin mengemudikan pesawat telah dimilikinya.
Dia mempunyai tiga guru yang melatihnya menerbangkan pesawat udara kelas ringan, Ercoupe. Dia mengikuti kursus pesawat 3 tahun, sementara normalnya hanya 6 bulan, sampai akhirnya keluar lisensi terbang setelah memenuhi syarat 89 jam terbang.
Hasil yang didapat Jessica bisa memotivasi penyandang cacat lainnya
untuk tidak takut berlatih menerbangkan pesawat.
Lisensi Jessica diperoleh di Able Flight, perusahaan pelatihan penerbangan North Carolina yang khusus menolong orang cacat belajar terbang. Jessica mendapat kesempatan kursus di sana dengan cuma-cuma di bawah bimbingan Parrish.
4. Sean Swarner Pendaki Gunung Everest
Sean Swarner yang didiagnosis dengan tahap lanjutan 4 Hodgkin's Lymphoma, jenis kanker. Sangat meletihkan setelah chemo dan radiasi perawatan, dia pergi ke pengampunan. Pada saat ia 15 tahun, Sean yang didiagnosis dengan Askins bisul kanker. Terjadi tumor ukuran bola golf yang pada paru-paru kanan. Jenis kanker ini memiliki 6% menilai hidup. Sean adalah satu-satunya orang di dunia pernah didiagnosis dengan kedua jenis kanker.
5. Randy Pausch menginspirasi ribuan orang dalam pidato nya
Dr. Randy Pausch adalah dosen komputer di University of Virginia, Amerika Serikat. Tahun 2006 lalu, ayah tiga anak bergelar Ph.D ini didiagnosis menderita kanker pankreas akut. Sebuah operasi bedah yang dilakukan pada tanggal 19 September 2006 gagal menyembuhkan kanker tersebut. Di bulan Agustus 2007, Dr. Pausch harus menerima kenyataan pahit bahwa meski dari luar fisiknya tampak sempurna, namun kankernya sudah sangat ganas dan hidupnya tinggal tersisa tiga hingga enam bulan lagi. Orang kebanyakan mungkin akan patah arang dan meratapi nasibnya, tetapi tidak dengan Randy.
Ia mulai menyiapkan sebuah pidato tentang mengejar cita-cita dalam hidup. Mengejar Lentera Jiwa. Ia ingin agar orang-orang melihat betapa seorang Randy Pausch yang hidupnya akan segera merakhir pun masih penuh semangat dan determinasi untuk membuat hidupnya berarti, dan ia ingin agar orang-orang terinspirasi untuk mengejar cita-cita mereka masing-masing. Pada tanggal 18 September 2007, ia memberikan pidatonya di Carnegie Mellon University, tempat ia mendapatkan gelar doktornya. Dalam waktu singkat, kisah mengharukan Randy Pausch menyebar ke seantero Amerika. Rekaman pidato bertajuk "The Last Lecture" tersebut telah ditonton sebanyak lebih dari enam juta kali di Youtube. Sebulan kemudian, ia tampil di Oprah, membawakan versi pendek dari pidatonya tersebut.
6. Ben Underwood : Melihat tanpa mata
Ben Underwood dilahirkan di Riverside California pada 26 Jan 1992, tentu saja seorang bayi yang sangat sehat. Ia tidak pernah ke rumah sakit ataupun dokter, Aku tidak mampu ingat tanggal yang pasti, tetapi pada suatu waktu di bulan Pebruari 1992 aku mencatat bahwa mata kanan nya memperlihatkan suatu cahaya ganjil. Matanya terlihat seperti mata seekor kucing ketika tertimpa cahaya terang. Pada usia dua tahun, Aku membawanya ke dokter ahli penyakit anak-anak, dan dia dengan seketika mengirim aku untuk memeriksakannya kepada dokter mata. Hasil pengujian adalah Bilateral Retinoblastoma (kanker pada kedua mata). Inilah saat dimulai masa tahun cobaan.
Mata kanan Ben, total telah digerogoti kanker, perlu diangkat dan dilanjutkan dengan tindakan chemo dan radiasi untuk mencoba menyelamatkan mata kiri, Hasilnya gagal. Itulah saat saya menyadari bahwa saya harus membuat keputusan untuk hidup anak saya atau saya kehilangan dia. Tentu saja saya akan meminta dia hidup dalam kondisi apapun.(lebih lanjut cerita dari Aquanetta (kisah ibu Ben : benunderwood).
7. Liz Murray :
Pada usia 15 Murray telah kehilangan ibunya karena AIDS dan ayahnya pindah ke tempat perlindungan. Setelah itu kematian ibunya, Murray bernazar untuk mengubah hidupnya. Dia diterima di Akademi Insani persiapan di mana dia yang dia SMA diploma hanya dalam dua tahun dan memenangkan beasiswa ke Harvard University.
Inspirasi dan penulis Liz Murray, yang merupakan fitur dalam jaringan kabel Lifetime dia membantu memproduksi film, kiri Harvard setelah delapan belas bulan untuk perawatan ayahnya. Dia memilih untuk tidak kembali, mengatakan The Times dan Demokrat bahwa sekolah itu "tidak sesuai dengan yang terbaik untuk saya." She makes her living as a speaker and consultant. Dia membuat dia hidup sebagai pembicara dan konsultan.
8. Patrick Hendry Hughes
Patrick Henry Hughes (lahir 10 Maret, 1988) adalah Amerika multi-instrumental musisi dari Louisville, Kentucky yang lahir tanpa mata dan tidak dapat sepenuhnya lemah lengan dan kaki, sehingga dia tidak dapat berjalan.
Patrick Henry Hughes lahir 10 Maret 1988 ke Patricia dan Patrick John Hughes. Atas pengiriman, dengan staf medis bahwa fisik anomalies. Ini telah didiagnosis sebagai bilateral anophthalmia dengan ptergyium sindrom bawaan bilateral dan hip dysplasia.
Ayahnya, Patrick John Hughes, memperkenalkan dia ke piano pada usia sembilan bulan. Patrick telah belajar piano di tahun sejak dan kemudian mulai ilmu sangkakala.
Patrick Henry mulai terkenal di tahun 2006 ketika menjadi seorang mahasiswa di University of Louisville. Pada saran dari Louisville's marching band direktur, Dr Greg Byrne, Patrick Henry bergabung dengan marching band, bermain slompret sementara ayahnya mendorong dia di kursi roda melalui gerakan rutinitas. Komitmen ini terlihat semakin ramai dan menarik perhatian media di seluruh sepak bola jatuh musim, dan sepasang Patricks yang ditampilkan dalam berbagai acara televisi dan surat kabar cakupan. Patrick Henry kemudian diundang untuk bermain piano dan bernyanyi di performance musik di seluruh negara, termasuk dua performances di Grand Ole Opry, dan performance di atas panggung dengan Pam Tillis, LoneStar, Lane Brody, Chad Brock, Faith Hill, dan Bryan White. Juga di tahun 2007 ia bermain solo sangkakala pada tahap performa dengan Louisville Orchestra.
Hughes lulus dari Atherton School, di mana dia ikut dalam program International Baccalaureate dan merupakan anggota dari National Honor Society. Dia terus kepada pendidikan di University of Louisville, di mana jurusan yang diambil memutar sangkakala di marching band.
sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2197747
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment